Dampak Kenaikan Harga BBM
Menurut
kajian pemerintah, jika harga BBM naik Rp 1.500 per liter, inflasi diperkirakan
bertambah 2,15 %. Penghematan yang diperoleh pemerintah mencapai Rp 31,58
triliun. Jumlah penduduk miskin naik sekitar 0,98 % dan daya beli masyarakat
hanya menurun 2,1 persen. Pemerintah yakin harga-harga nantinya masih bisa
dikontrol dan harga pangan tidak akan melonjak. Hitung-hitungan di atas kertas
itu memberi kesan, begitu sederhananya imbas/dampak kenaikan harga BBM di mata
pemerintah. Seolah-olah nasib rakyat terutama rakyat kecil di mata pemerintah
begitu remeh.
Bisa dipastikan, kenaikan harga BBM akan makin
menyengsarakan rakyat. Pemerintah sadar dan tahu akan hal itu, tapi tetap
ngotot ingin menaikkan harga BBM. Berbagai dampak langsung dan tak langsung
akan diderita oleh rakyat. Ibaratnya, akibat kenaikan harga BBM, rakyat
dipukuli dari kiri, kanan, depan dan belakang. Wajar jika nanti banyak rakyat
yang KO, pingsan karenanya.
Rencana
itu menuai banyak penolakan dari hampir semua kalangan masyarakat. Bahkan
menurut hasil survey LSI dengan responden dari seluruh propinsi di Indonesia,
86 % masyarakat menolak kenaikan harga BBM. Tetapi rupanya pemerintah sudah
tipis nuraninya (atau mungkin tidak punya lagi) sehingga tetap ngotot
mengajukan rencana kenaikan harga BBM untuk disetujui DPR. Jika DPR juga
menyetujuinya, lengkap sudah kenyataan pahit negeri ini dimana pemerintah dan
wakil rakyatnya telah kehilangan nurani, tidak mau repot dan lebih memilih
kebijakan yang menyengsarakan rakyatnya sendiri. Mungkin jika tetap ngotot
menaikkan harga BBM, kiranya pantas dikatakan bahwa pemerintah telah bohong,
khianat dan zalim terhadap rakyatnya sendiri.
Dampak
langsung dari kenaikan BBM yaitu masyarakat atau konsumen dari semua lapisan
masyarakat mulai dari lapisan bawah sampai lapisan atas, baik pegawai tetap
maupun pegawai tidak tetap. Meskipun mereka sama-sama menanggung dari dampak
kenaikan harga BBM. Nampaknya lapisan bawah yang akan menanggung beban yang
cukup berat atas kenaikan harga BBM. Disamping konsumen, para pengusaha itu
sendiri juga merasakan berat untuk menaikkan harga jual barang dan jasanya
sebagai akibat dari penyesuaian biaya produksi dan transportasinya, mengingat
kondisi perekonomian yang ada saat ini sangat payah. Ancaman kebangkrutan akan
dapat mengakibatkan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara
besar-besaran dan akhirnya menimbulkan maslah sosial lain yang jauh lebih
kompleks.
Kenaikan
harga BBM otomatis akan meningkatkan laju inflasi. Dalam hitungan pemerintah
menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Negara (PPN)/Kepala Bappenas Armida,
kenaikan harga BBM akan membuat laju inflasi menjadi 7% atau naik dari asumsi
sebelumnya yaitu 5,3%. Kenaikan inflasi itu akan menyebabkan angka kemiskinan
naik menjadi sekitar 11,93% - 12,08%. Kenyataannya nanti biasanya lebih besar
dari angka-angka prediksi pemerintah itu.
Sekjen Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS), Said Iqbal,
mencatat, kenaikan BBM sebesar 28,75 persen di tahun 2008 mengakibatkan inflasi
naik menjadi 11,01 persen (RMOL, 5/3). Maka rencana kenaikan harga BBM sebesar
33,3 % nanti dimungkinkan bisa menyebabkan inflasi lebih dari 11 persen.
Dengan semua itu, otomatis daya beli masyarakat akan turun
dan hampir dipastikan jumlah orang miskin akan meningkat. Pengalaman tahun
2005, dampak kenaikan BBM jumlah orang miskin melonjak menjadi 16 % meski saat
itu ada program BLT. Fakta tahun 2005 itu bisa terulang pada tahun 2012 ini. HS
Dillon, utusan khusus Presiden untuk penanggulangan kemiskinan, memperkirakan
jumlah orang miskin akan bertambah 1,5% dari jumlah penduduk atau bertambah 3,5
juta orang (tempo.co, 7/3). Bahkan sebagian pihak memperkirakan jumlah
orang miskin akan bertambah jauh lebih banyak dari angka itu. Disamping itu,
akibat menurunnya daya beli dan naiknya harga pangan, pemenuhan gizi masyarakat
pun akan menurun. Akibatnya, jumlah anak rawan gizi akan makin banyak.
Kenaikan harga BBM juga akan menambah jumlah anak
putus sekolah. Data tahun 2011, ada 10,268 juta siswa usia wajib belajar (SD
dan SMP) yang putus sekolah. Selain ada sekitar 3,8 juta siswa yang tidak dapat
melanjutkan ke tingkat SMA. Berdasarkan pengalaman tahun 2010 akibat kemiskinan
yang menimpa masyarakat terjadi lonjakkan angka putus sekolah sebesar 30 %.
Karenanya, hampir bisa dipastikan akibat kenaikan harga BBM angka putus sekolah
semakin tinggi. Hal itu sama saja makin banyak rakyat bawah yang tidak punya
kesempatan memperbaiki taraf hidupnya dan terpaksa terjerat dalam siklus
kemiskinan dan kebodohan.
Selain itu, kenaikan harga BBM juga berdampak pada
para pelaku usaha. UKM yang selama ini sudah tumbuh menjadi 50 juta dan menjadi
tumpuan hidup sebagian besar masyarakat akan sangat terpengaruh. Bukan mustahil
dampak kenaikan harga BBM akan banyak UKM yang gulung tikar.
Semua beban kenaikan harga BBM itu akan makin besar
dengan rencana pemerintah menaikkan tarif dasar listrik per 1 Mei 2012. Makin
lengkaplah penderitaan yang akan diderita oleh rakyat.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar